Catatan Tarawih Hari Ketiga. "Membimbing Puasa Anak dengan Kesabaran"
Sabtu, 25 April 2020. Malam Minggu. Setelah dua hari puasa, alhamdulilah kini memasuki hari ketiga.
Hari pertama puasa alhamdulilah relatif lancar, tidak ada masalah berarti. "Anak-anak sedari dini sudah diajari puasa ramadhan". Ini harus dipertahankan.
Masih kerja dari rumah. "Stay at and Work Form Home". Tak ada halangan. Puasa tetap lancar.
Yang membikin hati gembira adalah ucapan si kecil Azam," aku mau minum dan makan umi". Tapi kok aku lagi puasa. Kontan uminya tertawa. Eh kamu itu lagi puasa. Sabar dulu ya mas.. sahut Umi, menjelaskan.
Ucapan anak yang masih TK kedengaran masih sangat polos dan lugu. Namun dibalik ucapan yang baru kali ini terdengar itu, menunjukan ada kemajuan dalam hal tanggung jawab.
"Aku mau menulis Nama saya Muhammad Al Fatih Sutan Andonesy, rajin belajar dan suka mengaji Setiap hari saya selalu belajar tidak ada waktu tanpa belajar gitu mau ku seperti itu"
"Mas Fatih lagi apa, di panggil abi. Aku lagi belajar menulis kayak abi..pakai mulut di colornote". Jawab anak saya ke dua.
Oh ya rupanya disaat seperti ini semua belajar dirumah. Anak secara tidak langsung mengamati tingkah laku kita. Tak masalah, tinggal kita mengarahkan saja. Mereka kecenderungan akan meniru apa yang kita lakukannya.
Berbicara puasanya anak, apalagi yang belum baligh, memang sekedar disarankan saja sifatnya. Hanya untuk latihan, pembelajaran, sehingga terbiasa tida kaget dalam membiasakan amalan agama.
Sebagaimana para sahabat Nabi dahulu juga berpuasa ketika masih kecil.
Para ulama juga mengatakan bahwa wajib bagi para wali mereka untuk memerintahkan anak-anaknya berpuasa sejak kecil. Ini dalam rangka melatih mereka dan membuat ikatan antara mereka dengan puasa.
Dan juga menerapkan landasan keislaman yang kuat dan kokoh pada diri mereka sehingga perlahan menjadi suatu hal yang biasa bagi mereka.
Namun jika puasa itu berat bagi mereka atau membahayakan diri mereka maka jangan dipaksakan.
Masih ada sebagian orang tua yang melarang anak-anak mereka berpuasa padahal para sahabat radhiallahu’anhum melakukannya di masa kecil.
Para ayah dan ibu tersebut beralasan bahwa mereka melakukannya karena kasihan kepada anak-anaknya.
Justru yang benar, sikap sayang yang hakiki kepada anak adalah dengan memerintahkan mereka menjalankan syariat Islam.
Membiasakan mereka amalan agama, serta membuat ikatan hati antara mereka dengan Islam.
Yang demikian ini tidak ragu lagi merupakan pendidikan yang baik dan pengasuhan yang sempurna.
Dalam sebuah hadits shahih dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
إن الرجل راع في أهل بيته ومسؤول عن رعيته
“Seorang lelaki adalah pemimpin di rumahnya dan ia akan dimintai pertanggung-jawaban terhadap yang ia pimpin“.
Maka hendaknya orang-orang yang diberi amanah berupa anak dan istri mereka bertaqwa kepada Allah Ta’ala dalam menjaga mereka, dan hendaknya mereka diperintahkan untuk menjalankan apa-apa yang diperintahkan syariat Islam.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ditanya: “apa hukum puasanya anak-anak?”
Beliau menjawab, puasanya anak-anak sebagaimana sudah kami jelaskan hukumnya tidak wajib, namun hukumnya sunnah.
Jika mereka puasa maka mereka mendapat pahala. Namun mereka tidak berdosa jika tidak berpuasa. Namun hendaknya para wali mereka memerintahkan mereka agar terbiasa dengan puasa.
Bagaimana pengalaman puasa anda silahkan dibagikan. Berbagi itu sehat dan membuat banyak rezeki. Aamiin..
Oke selamat menjalankan ibadah puasa semoga ibadah kita diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala Aamiin..
Advertisement