"BELAJAR DARI
COVID-19" Perubahan Besar dalam Pendidikan? (Refleksi Hardiknas Tahun
2020)
Pendidikan nasional
ditengah ancaman global “hantu Corona”? Sebagai sub sistem dari sebuah sistem
bangunan besar-negara. Masih muncul beragam problema. Terutama dimasa sulit
seperti pandemi Covid-19 ini. Menjadi permasalan bersama.
Hari ini Tanggal 2 Mei
tepat diperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2020. Tak lepas
dari kelahiran beliau Dr. Ki Hajar Dewantara, Mendikbud pertama RI, yang
terkenal dengan semboyan “Tut Wuri Hadayani” yang memiliki
arti “di Belakang Memberikan Dorongan” “Ing Madyo Mangun Karso” di
tengah memberikan semangat. Dan "Ing Ngarso Sung Tulodho".
Didepan memberikan contoh atau teladan. Hendaknya nilai ini dipegang teguh
bukan sekedar semboyan tak bermakna.
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Hardiknas
Tahun 2020. Dan logo baru Hardiknas Tahun 2020. Dalam pedoman tersebut,
peringatan Hardiknas mengambil tema besar : "Belajar dari
Covid-19”.
Peringatan Hardiknas
kali ini, dalam suasana keprihatinan, sedih dan duka. Pandemi Covid-19,
secara global terus menyebar dan meningkat. Ajakan stay at home and
work at home, selalu mengedepankan social and physical distancing terus
digaungkan. Beberapa daerah sudah dinyatakan masuk dalam zona merah penyebaran
Covid-19. Ini harus disikapi serius. Bukan main-main. Jangan sepelekan, ini
darurat, perlu kesadaran tinggi dari warga,"
Ujian Nasional (UN),
yang sedianya tahun 2021 baru dihapus. Seketika dibatalkan. Uji Kompetensi
Keahlian (UKK), Ujian Sekolah (US) ditiadakan atau dengan sistem Daring/Online bagi
yang bisa menyelenggarakan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seketika lumpuh
sesaat "gagap" bagimana bisa menyesuaikan ditengah arus serba
kerterbatasan. Siswa sudah “tidak ujian nasional”, namun “negara yang ujian”.
Rupaya sistem pendidikan benar-benar “mendapat ujian”. Kelabakan diuji
sesungguhnya karena kurang persiapan. Dengan adanya pandemi yang sudah berjalan
hampir dua bulan. Peristiwa ini yang nampaknya akan merubah total kedepan
sistem pendidikan kita.
Covid-19 menyerang
sendi pertahanan bangsa, termasuk pendidikan. Sementara pendidikan adalah
pertaruhan masa depan bangsa. Pengalaman negara maju pendidikan solusi
fundamental dari keterpurukan bangsa. Akankah Indonesia dengan sistem
pendidikannya mampu melawan Corona?
Seperti dilansir
Kompas.com, Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia per 1 Mei 2020 bertambah 433.
Dengan demikian, total pasien yang terjangkit virus corona yakni 10.551 orang.
"Konfirmasi positif 10.551, "Terdiri dari laki-laki 58 persen, wanita
42 persen. Artinya, lebih banyak yang laki-laki terjangkit Covid-19,"
lanjut dia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 800 orang meninggal dunia. Sementara
itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh yakni 1.591 orang.
Sebanyak 11 daerah di
Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan DKI Jakarta
sebagai kota pertama yang melakukannya.
Pertanyaan selanjutnya
sejauh manakah kesiapan dan kondisi SMK setelah adanya pandemi, bisakah benar-benar
"Belajar dari Covid-19"? Benarkah akan terjadi perubahan besar dalam
dunia pendidikan? Perubahan besar yang seperti apakah itu? Sudah banyak usaha
dilakukan pemerintah namun belum banyak mendongkrak kemajuan pendidikan
Indonesia. Mengapa?
Sistem pendidikan
nasional menjadi penentu. Kesalahan paradigma pendidikan bisa kehilangan ruh
dan jati diri. Menghasilkan output lulusan pribadi yang salah
arah. Ujungnya kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan tidak siap.
Tertinggal dan dipertanyakan. Banyak perusahaan yang akhirnya memutuskan
hubungan kerja (PHK) karyawannya akibat pandemi virus corona. Ada yang terkena
PHK, dirumahkan, bekerja sebagian, dikurangi gajinya, dan semacamnya.
Pihak
terdampak salah satunya adalah lulusan SMK. Bagaimanapun SMK disiapkan untuk
memenuhi tenaga kerja siap pakai di industri. Tercatat data terbaru hingga 18
April 2020, pekerja terdampak corona di sektor formal yang di-PHK ada 229.789
orang. Sementara itu yang dirumahkan ada 1.270.367 orang. Sehingga total
pekerja terdampak di sektor formal ada 1.500.156 orang di 83.546 perusahaan.
(Kompas.com). Data ini terus bertambah seiring dengan belum redanya Corona.
Hingga menambah daftar "pameo" SMK sebagai pencetak tenaga kerja
pengangguran
Juru bicara pemerintah
dalam penanganan Covid-19, Yuri menegaskan bahwa penularan Covid-19 masih
terjadi di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah tidak henti-hentinya
mengimbau masyarakat agar tetap beraktivitas dari rumah masing-masing.
Sekalipun keluar rumah, diharapkan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Protokol itu mulai dari menggunakan masker, menjaga jarak fisik dengan orang
lain, mencuci tangan setelah beraktivitas, hingga melakukan olahraga teratur.
Karenanya Kemendikbud
menghimbau semua instansi melalui surat Nomor 42518/MPK.A/TU/2020, tanggal 29
April 2020. Baik dalam maupun luar negeri tidak mengadakan kegiatan/aktivitas
peringatan Hardiknas Tahun 2020. Yang mengakibatkan berkumpulnya orang banyak
pada suatu lokasi. Sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19.
Sekalipun Kemendikbud
tetap menyelenggarakan Upacara Bendera Peringatan Hardiknas Tahun 2020 pada
tanggal 2 Mei 2020 pukul 07.30 WIB, dengan sederhana. Terpusat, terbatas, dan
memerhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 yang telah
ditetapkan pemerintah. "Hal ini kita lakukan tanpa mengurangi makna,
semangat, dan kekhidmatan acara.
Dengan memperhatikan
Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Covid-19 dan Kepres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non-Alam Penyebaran Covid-2019 sebagai Bencana Nasional.
Kepada masyarakat, insan pendidik, orang tua pendidik, dan peserta didik tetap dapat memperingati dan memeriahkan Hardiknas Tahun 2020. Dengan melakukan beragam aktivitas/kegiatan kreatif yang menjaga dan membangkitkan semangat belajar di masa darurat Covid-19. Namun tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. Melakukan pembatasan sosial dan jaga jarak untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Kepada masyarakat, insan pendidik, orang tua pendidik, dan peserta didik tetap dapat memperingati dan memeriahkan Hardiknas Tahun 2020. Dengan melakukan beragam aktivitas/kegiatan kreatif yang menjaga dan membangkitkan semangat belajar di masa darurat Covid-19. Namun tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. Melakukan pembatasan sosial dan jaga jarak untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Instansi baik pusat
maupun daerah, satuan pendidikan dalam maupun luar negeri, bisa menyaksikan
jalannya upacara bendera secara virtual melalui siaran langsung di kanal
Youtube KEMENDIKBUD RI, dan TVRI dari rumah atau tempat tinggal masing-masing.
Dengan “Belajar dari Covid-19” dunia pendidikan menjadi refleksi bersama. Menampakan kekurangan dan kelemahan sesungguhnya. Menjadi nyata problem pertama dan utama pendidikan nasional selama ini. Kurangnya alat sarana prasarana termasuk infrasutruktur dan “melek IT" guru dan siswa menjadi yang dikedepankan dan tak bisa terelakan. Selain tentu pembentukan karakter kokoh, sebagai benteng nilai luhur bangsa yang kian memprihatikan.
Dtengah Learning
Form Home (LFH) dan Work Form Home (WFH) akibat
pandemi Covid-19. Mau tak mau “system” mendorong. guru
dan siswa tergerak belajar IT. Namun yang terjadi kesediaan infrastruktur,
jaringan dan kuota internet dipertanykan dan menjadi keluhan bersama.
Semoga dengan
peringatan Hardiknas Tahun 2020 ini menjadi "momen" penting tonggak
"sejarah perubahan besar pendidikan". Menjadikan kebersamaan saling
menghargai sesama. Merasakan penderitaan orang lain. Memperkuat pendidikan
karakter, etos kerja, tanggung jawab dan budaya kerja industri. Bangkit
kembali dari keterpurukan setelah diserang Corona yang belum tahu sampai kapan
berakhir. Dari Covid-19 kita banyak belajar dan belajar banyak bagaimana
hidup bersih, menjaga kesehatan, berkumpul dengan keluarga dan anak,
Lebih penting lagi
menjawab tantangan abad 21 mau tak mau guru "melek" literasi dan IT.
Bagaimanapun dengan kemajuan IT, dimasa pandemi akan sangat terasi sekali.
Selamanya peran guru tak akan dapat tergantikan. Namun Guru yang melek IT akan
menggantikan guru yang buta dan tak mau belajar IT. Hidup SMK!!!
#SMK bisa. #SMK Hebat.
#SMK Bisa dan Hebat.
Advertisement