I. Latar belakang Situasi
Belajar
bentuk kegiatan yang akan merubah perilaku menjadi lebih baik. Data empiris
menunjukkan kondisi siswa cenderung pasif saat pembelajaran praktik di bengkel.
Harapan pembelajaran praktik berpusat pada siswa (student centre) belum berjalan.
Salah satu masalahnya siswa kurang aktif dan antusias mengikuti praktik. Akibatnya
penguasaan kompetensi kurang.
Pada
pembelajaran praktik Produktif Tune Up Electronik Fuel Injection (EFI) dengan
model Six Process Technician Toyota dengan Pendekatan Teaching
Factory 6 Langkah (TF-6M) pada Siswa Kelas XII TKRO1 di SMK Negeri 4
Kendal. Menuntut siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif. Diperlukan Pembelajaran
model “Six Process TF-6M”.
Mengapa
praktik baik ini penting dibagikan? sebagai sebuah model, praktik ini
mengkolaborasikan enam langkah (Six Process) Technician Toyota,
meliputi : (1) Maintenance Reminder & Appointment, (2) Appointment
Preparation & Part, (3) Reception, (4) Production (Process
Perbaikan Kendaraan), (5) Delivery (Process Penyerahan Kendaraan
Service) dan (6) PSFU (Process Service Follow UP). Dikolaborasikan dengan
pendekatan TF-6M, yang meliputi : (1) Menerima pesanan, (2) Menganalisis
pesanan, (3) Menyatakan Kesiapan Mengerjakan Pesanan, (4) Mengerjakan Pesanan, (5)
Melakukan Quality Control, dan (6) Menyerahkan Pesanan.
Peran dan tanggung jawab sebagai guru/instruktur praktik, bertanggung jawab atas pelaksanaan model “Six Process TF-6M”. Agar pembelajaran lebih aktif, kreatif dan inovatif. Praktik di bengkel menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.
II. Tantangan
Apa tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang
terlibat?, dari analisis hasil kajian, wawancara dan literature, penyebab
yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain :
Tanggapan yang kurang menyenangkan dari Industri, Dunia Usaha dan
Dunia Kerja (IDUKA). SMK dianggap belum menyesuaikan kebutuhan industri.
Praktik belum efektif dalam meningkatkan kompetensi. Siswa tidak fokus, tidak
aktif dan tidak antusias mengikuti pembelajaran praktik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar menurut Syah
(2010) yaitu, bisa dari faktor internal dan eksternal siswa. Internal siswa seperti
: kondisi fisik, minat, kemampuan, dan intelegensia. Eksternal siswa seperti :
kondisi bengkel, pencahayaan, ventilasi, sarana prasarana, alat dan bahan
peraga. Jika kurang menarik sehingga pembelajaran praktik monoton. Tidak menggugah
minat siswa, akibatnya pembelajaran praktik kurang optimal.
Kesimpulan dari tantangan diatas, guru harus dapat “berinovasi" mengkondisikan pembelajaran praktiknya dengan baik. Seperti menerapkan model menggunakan media, membuat suasana pembelajaran menantang, bermakna, dan menyenangkan, serta mengajak siswa kreatif, aktif dan inovatif. Salah satunya dengan model “Six Process TF-6M”
III. Aksi
:
Langkah,
strategi, bagaimana prosesnya dan sumberdaya atau materi untuk mengatasi
tantangan diatas, dengan meningkatkan
kepercayaan IDUKA lewat pembelajaran praktik. Diawali dengan konsultasi kepada Kepala Sekolah dan bagian kurikulum lewat jurusan untuk pelaksanaan pembelajaran praktik agar lebih menarik
dengan memenuhi kebutuhan alat peraga dan media pembelajaran praktik sesuai
kebutuhan.
Strategi yang digunakan, dengan merancang pembelajaran yang inovatif dengan model Six Process, meliputi : (1) Maintenance Reminder & Appointment, (2) Appointment Preparation & Part, (3) Reception, (4) Production (Process Perbaikan Kendaraan), (5) Delivery (Process Penyerahan Kendaraan Service) dan (6) PSFU (Process Service Follow UP). Dikolaborasikan dengan pendekatan TF-6M, meliputi : (1) Menerima pesanan, (2) Menganalisis pesanan, (3) Menyatakan Kesiapan Mengerjakan Pesanan, (4) Mengerjakan Pesanan, (5) Melakukan Quality Control, dan (6) Menyerahkan Pesanan. Prosesnya, pelaksanaan pembelajaran praktik, siswa dibagi menjadi enam kelompok/pos.
Kelompok I, mengerjakan (Maintenance
Reminder & Appointment/Menerima pesanan). Kelompok 2, mengerjakan Appointment Preparation & Part/Menganalisis
pesanan. Kelompok 3, mengerjakan Reception/Menerima Pesanan. Kelompok 4, mengerjakan
Production (Process Perbaikan Kendaraan)/Mengerjakan Pesanan. Kelompok 5,
Penyerahan Kendaraan Service)/Menyerahkan kendaraan/pesanan. Kelompok 6,
Process PSFU (Process Service Follow UP) atau pelayanan umpan balik/keluhan
pelanggan.
Begitu terus bergilir setiap
pertemuan. Dengan dibuat video, dan diupload di medsosnya masing-masing. Untuk
guru dibagikan melalui platform merdeka mengajar. Orang tua, masyarakat, industri, komponen sekolah, dapat mengakses video yang
menggambarkan process pembelajaran inovatif yang telah dirancang
sebelumnya.
Yang terlibat pada kegiatan
ini, siswa sebagai sentral dalam Proses pembelajaran Praktik EFI Kelas XII TKRO1. Guru sebagai fasilitator dan
katalisator (Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd), Suharto, S.Pd. M.Pd. sebagai Kepala
Sekolah. Hendrawan Harjuno, S.Pd. sebagai Ketua Jurusan TKRO. Taufiq
Hidayatanto, S.Pd sebagai rekan sejawat yang membantu terlaksananya kegiatan
ini dengan pendokumentasian pembelajaran praktik di bengkel.
Sumber daya yang diperlukan, Modul Ajar Praktik EFI Kelas XII TKRO. Sarana dan prasarana seperti ; Mobil Avansa Injeksi 2014, Scanner (EMS), Laptop, LCD dan proyektor, handphone, papan tulis beserta alat tulisnya, LKPD, Ruang bengkel.
IV. Refleksi
Hasil dan dampak
Bagaimana
dampak dari aksi diatas? Langkah-langkah apa yang dilakukan? Apakah hasilnya
efektif atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana
respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan? Apa yang menjadi
faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa
pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut?
Dampak
dari aksi, siswa yang pada awalnya tidak bersemangat menjadi bersemangat dalam
belajar praktik, siswa yang kurang aktif menjadi aktif dan antusias. Semula
siswa diam menjadi berani menyampaikan pendapat. Hal tersebut dapat dibuktikan
dari hasil angket yang dibagikan setelah pembelajaran praktik.
Dengan
adanya rancangan model pembelajaran praktik inovatif menggunakan media kongkrit
mempermudah siswa untuk memahami materi. Timbulnya kepercayaan diri guru dalam
mengembangkan kemampuan untuk berinovasi dalam pembelajaran. Menggugah guru
untuk mengembangkan kemampuan menyusun perangkat pembelajaran. Orang tua,
kepala sekolah, serta rekan sejawat menjadi lebih bersemangat untuk memotivasi
siswa dalam pembelajaran.
Hasil
penilaian awal dan proses yang diperoleh dari LKPD siswa pada awalnya
didapatkan prosentase ketuntasan 50 % menjadi 88% yang diperoleh dari data
analisis evaluasi pembelajaran. Tingkat keaktifan siswa menunjukkan peningkatan
yang didapatkan dari hasil analisis angket siswa diawal yaitu dari 67% menjadi
90% diakhir, menunjukkan respon yang positif dalam keaktifan belajar.
Keefektifan
model “Six Process TF-6M” yang didalamnya diimplementasikan kegiatan
servis berkala kendaraan ringan dinilai efektif dalam meningkatkan keaktifan
belajar siswa.
Hal
tersebut menunjukan dampak positif dari kegiatan Six Process TF-6M dan
diskusi agar siswa tidak jenuh saat belajar praktik, disbanding kondisi
sebelumnya yang cenderung kurang semangat dan lebih sering bermain HP.
Implementasi pembelajaran model “Six Process TF-6M” mendapatkan respon
positif dari siswa, hal tersebut tampak dari antusiasnya siswa saat pembelajaran
baik itu bertanya maupun mengemukakan pendapat.
Selain
respon positif dari siswa, orang tua serta Kepala Sekolah memberi respon
positif setelah menonton unggahan praktik pembelajaran. Keberhasilan dari
praktik ini tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi
keberhasilan aksi : Persiapan guru untuk pembelajaran, RPP, media, bahan ajar,
LKPD maupun instrumen penilaian.
Adanya
dukungan orang tua, rekan guru, kepala sekolah dan stake holder lainnya.
Siswa lebih bersemangat dan aktif terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran
terasa berjalan begitu cepat karena mereka menikmati prosesnya. Siswa lebih
mudah memahami praktik langsung. Mengkonstruksi pengetahuannya melalui
pembelajaran menantang, bermakna, dan menyenangkan. Pembelajaran berpusat
peseta didik terlaksana dengan baik.
Langkah-langkah
yang dilakukan : menanyakan refleksi secara langsung maupun menggunakan angket
refleksi pembelajaran. Hasilnya efektif, karena peserta didik menjadi
bersemangat dan memilih menggunakan metode seperti itu. Siswa mampu memahami
dengan baik dari tema pembelajaran yang diberikan.
Respon
orang lain : guru lain merespon dengan baik, dan penasaran seperti apa
perancangan kegiatan pembelajarannya. Faktor keberhasilan : Persiapan bahan dan
media pembelajaran yang baik penjelasan strategi pembelajaran dan tujuan yang
ingin dicapai kepada siswa kontrol monitoring oleh fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran. Dukungan kepala sekolah dan teman sejawat.
Faktor
Penghambat : Media/alat bahan yang ada kurang sesuai dengan spek Toyota, belum
semua menerapkan model “Six Process TF-6M”. Pembelajaran dari keseluruhan
proses, pembelajaran lebih tertib dan terstruktur. Terutama mengenai pemilihan
pendekatan, model pembelajaran, metode, serta media yang akan digunakan, harus
lebih variatif serta inovatif.
Model
“Six Process TF-6M”, sebagai model pembelajaran kontruksivisme dapat
meningkatkan fokus belajar siswa, pembelajaran lebih terstruktur terutama dalam
mengkonstruksi pembelajaran praktik. Pemberian materi melalui aktifitas bermain
dan belajar memberikan pengetahuan baru bagi siswa, bahwa pembelajaran juga
dapat diberikan melalui berbagai cara, tidak monoton di dalam bengkel dengan
ceramah. Siswa juga menjadi terbiasa berfikir untuk memecahkan masalah
(menganalisis contoh yang diberikan) baik melalui internet atau media
pembelajaran lainnya.
Adapun Video Praktik Baik Inovasi Pembelajaran "Six Process TF-6M" bisa di lihat dibawah ini:
2 comments
sangat bermanfaat semangat selalu
Belajar dengan giat untuk mencapai cita-cita 💪🔥